Pelaku & Korban Bullying
15.14
Korban,
seperti halnya pelaku, menunjukkan fungsi psikososial yang lebih rendah
daripada teman – teman sekelasnya. Korban cenderung menghindar, depresif,
cemas, berhati – hati, diam, kurang prososial, merasa tidak aman, dan cenderung
lebih mudah berkonflik dengan teman (Craig, 1998; Tani, Greenman, &
Schneider, 2003). Korban biasanya dianggap teman – temannya sebagai “tidak sesuai”. Ketidaksesuaian itu
membuatnya menjadi korban, dan pada saat yang sama anak lain menghindarinya
karena takut dijadikan korban bullying atau kehilangan status social diantara
teman – temannya (Hoover, Oliver, & Thomson, dalam Veenstra dkk., 2005).
Pelaku
bullying bisa jadi adalah kakak kelas. Hal ini sesuai dengan defenisi bullying
bahwa pelaku memiliki kekuatan yang lebih tinggi sehingga mereka dapat mengatur
orang lain yang lebih lemah. Namun tidak menutup kemungkinan bullying dapat
dilakukan oleh teman sekelas baik perseorangan maupun kelompok. Berdasarkan
penelitian bahwa jika siswa menghargai dirinya dengan baik maka ia dapat
menghindari dirinya dari dampak tindakan bullying.
Berikut faktor-faktor yang
berpotensi menjadi sasaran tindakan bullying, yaitu:
1) siswa baru disekolah
2) latar belakang sosial ekonomi
3) latar belakang budaya dan agama
4) warna
kulit
5) faktor intelektual.
Siswa perlu memahami bahwa pelaku bullying (bully)
biasanya ingin melihat targetnya menjadi emosi. Jadi sangat baik jika tetap
bersikap tenang dan jangan membuat bully senang karena bisa membuat korbannya
marah.
Dalam
kejadian bullying biasanya ada lima pihak yang terlibat sebagai berikut:
1)
Bully adalah siswa yang dikategorikan sebagai pemimpin yang terlibat aktif
dalam perilaku bullying
2) Asisten bully, juga terlibat aktif dalam perilaku
bullying, namun cenderung mengikuti perintah bully
3) Rinfocer adalah mereka
yanga ada ketika kejadian bullying, ikut menyaksikan, menertawakan korban,
memprofokasi bully, mengajak siswa lain untuk menonton dan sebagainya
4)
Defender adalah orang-orang yang berusaha membela dan membantu korban, sering
kali akhirnya menjadi korban juga.
5) Outsider orang-orang yang tahu bahwa hal
itu terjadi, namun tidak melakukan apa-apa seolah-olah tidak peduli.
Aksi
bullying paling tidak melibatkan dua actor utama yaitu pelaku dan korban. Akan
tetapi, banyak situasi menunjukkan bahwa dalam aksi bullying muncul pula warga
sekolah yang menyaksikan aksi tersebut
yang biasa disebut bystander atau saksi mata, baik secara aktif maupun
pasif (Ahmed, 2005). Terdapat empat jenis peranan bystander dalam aksi bullying
yaitu
(1) mendukung atau menyoraki,
(2) terlibat sebagai pelaku,
(3)
menyaksikan dengan pasif,
(4) melakukan intervensi (Salmivalli dkk., 1996).
0 komentar